Apa jadinya jika bahan-bahan seperti marshmellow yang lembut, kacang mede yang gurih, biskuit yang crunchy, choco chips dan kelapa dicampurkan dengan dark chocolate? Kombinasi semua bahan itu tentu akan menghadirkan satu sensasi yang unik dalam sekali gigit.
Hal itulah yang dilakukan oleh Armeizir Nurgumala, pemilik Rocklate. Pelaku usaha bidang industri olahan cokelat yang berbasis di Batam ini tak sungkan berinovasi dengan mencampurkan berbagai jenis bahan demi mencari coklat dengan sensasi unik.
“Bisa dikatakan di Indonesia belum pernah ada yang membuat produk cokelat batang seperti itu. Karena di pasaran belum ada, makanya saya jadi mampu bersaing,” ungkapnya.
Rocklate mulai didirikan Armeizir pada Desember 2011. Peluang usaha olahan cokelat itu ditangkapnya secara tak sengaja saat istrinya yang gemar makan cokelat membawa satu jenis milk chocolate dari Australia. Armeizir yang mengaku tak terlalu suka cokelat sampai ketagihan.
Terbayang-bayang rasa cokelatnya yang enak, keduanya sempat mencari-cari cokelat tersebut di Batam maupun saat berkunjung ke Singapura. Namun karena tak kunjung mendapatkannya, mereka pun bereksperimen membuat produk cokelat.
Meski awalnya hanya membuat untuk diri sendiri, ternyata produk eksperimennya disukai oleh beberapa kenalan. “Kemudian jadi banyak yang pesan dan banyak yang suka, jadi kami pikir kenapa enggak jadikan ini usaha sekalian,” ujarnya.
Lewat kreasi di kediamannya yang sekaligus difungsikan sebagai dapur produksi, dia kini mempunyai sekitar tujuh varian rasa. Produk Rocklate dia bagi dalam dua bagian besar yakni mini icon dan kroka.
Mini icon dan kroka mempunyai ukuran, harga dan kemasan berbeda. Kemasan Mini Icon dibuat dengan menampilkan karakter tertentu. Karena tujuannya sekaligus mengedukasi, kemasannya juga dibubuhi tema tertentu tentang sejarah dan hal-hal unik dari Kepulauan Riau.
Mini Icon hadir dalam tiga varian rasa yakni strawberry chocolate , dark chocolate, milk chocolate. Sementara kroka hadir dengan empat varian yakni crunchy milk choco chip, crunchy milk chocolate, crunchy dark chocolate, crunchy strawberry chocolate.
Produknya dibanderol dengan harga Rp20.000 hingga Rp50.000. Pemasarannya dilakukan dengan sistem konsinyasi ke toko oleh-oleh. Sejauh ini dia menitipkan Rocklate di tiga toko yang ada di Batam. Selain itu dia juga berpromosi di Twitter lewat akun @rocklateholic, akun Facebook Coklat Rokclate serta di situs www.coklatrocklate.com.
Walau harus bersaing produsen cokelat besar yang memberikan harga lebih murah, Rocklate masih mampu mendapatkan konsumen yang kebanyakan adalah wisatawan. “Dalam sebulan bisa terjual 400 kotak ukuran besar yang seharga Rp50.000,” kata dia.
Saat memulai bisnisnya, pria 31 tahun ini memang langsung mengambil positioning sebagai oleh-oleh khas Batam. Potensinya dinilainya sangat besar karena Batam adalah salah satu destinasi wisata besar di Indonesia setelah Bali dan Jakarta.
Di sisi lain, menurutnya peluang menjadikan oleh-oleh khas Batam masih sangat terbuka. Sebab dia melihat di kota tersebut banyak sekali cokelat impor dari Singapura dan Malaysia yang dibanderol dengan harga miring.
“Bahkan ada yang membuat tagline sebagai oleh-oleh dari Batam dengan memasang logo dan icon kota itu, yakni Jembatan Balerang. Padahal cokelatnya tidak diproduksi di daerah tersebut. Ini membuat miris.”
Armeizir masih bercita-cita untuk memajukan usahanya dengan mengembangkan pemasaran ke luar Batam. Namun, dia mengaku masih kesulitan untuk memberikan harga yang lebih bersaing karena terkendala pada biaya transportasi bahan baku.
“Cokelat yang saya proses ini bahannya dari Sulawesi, dikirim ke Jakarta dan kemudian dikirim ke Batam. Karena proses distribusinya panjang, biayanya jadi mahal. Itu kendala saya untuk menekan harga agar bisa bersaing dengan cokelat impor yang ada,” ujarnya
Sumber : bisnis.com